PASANGAN SEJATI
Sebuah pasangan berawal dari pertemanan dan berpacaran hingga masuk dalam sebuah pernikahan kudus.
Masa berpacaran adalah masa yang semuanya serba indah.
Baik karakter maupun sikap perhatian semuanya memberikan kesan yang baik dan indah saja.
Kekurangan dan kelemahan terkadang disembunyikan masing-masing pribadi. Ibarat kita memandang sebuah gunung yang indah berwarna hijau dan berkabut dari kejauhan, kita melihat gunung itu begitu indah dan mempesona.
Ketika sudah masuk dalam pernikahan kudus, maka dua jiwa diikat manjadi satu hingga akhir hidup. Apa yang dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia itulah perintah Allah dalam Alkitab.
Ketika sudah musuk dalam keluarga pernikahan dan melewatkan waktu masa bulan madu, maka sikap antara masing-masing pribadi akan mulai kelihatan aslinya.
Ibarat ketika kita sudah berdiri diatas gunung yg hijau dan berkabut tadi yang begitu indah kita lihat dari kejauhan, maka kita bisa melihat asli dari isi gunung yang tadi itu.
Disekitar gunung ternyata tidak ada yang istimewa. Didalamnya penuh dengan serangga, ranting-ranting bertaburan dan bau busuk tumbuhan. Berbeda ketika kita memandang gunung ini dari kejauhan yang terlihat indah dan mempesona.
Begitu juga pribadi sebuah pasangan. Pribadi yang kita kenal dimasa berpacaran sesungguhnya kita masih melihat pribadi pasangan kita itu dari kejauhan. Kita dapat melihat dan merasakan sifat pribadi pasangan kita harus dari dekat yaitu ketika sudah menikah.
Perbedaan sifat hampir semua orang mengalami yang memulai pernikahan, tetapi semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengolahnya supaya tetap indah dan cantik seperti masa-masa pacaran.
Mengolah pernikahan supaya selalu indah meskipun dalam perbedaan sikap hingga bertahun-tahun. Meskipun anak sering menjadi sumber konflik dan faktor ekonomi maupun pekerjaan suami harus tetap komitmen saling melengkapi di setiap kekurangan dan kelemahan dan tidak gampang kecewa yang membuat keputusan untuk menempuh jalan perceraian.
Kita harus memegang prinsip pernikahan sejati sampai tiba masanya kembali hidup berdua. Hidup kembali berdua karena anak sudah punya keluarga masing-masing. Menghabiskan sisa hidup tua dalam suasana kembali ke jaman berpacaran.
Itulah pasangan sejati.
Masalah pasti sering terjadi dalam pernikahan. Sengsara dan tertekan batin bukan menjadi dasar alasan untuk bercerai, tetapi kita harus tetap bertahan dalam ikatan janji terhadap Allah. Jaman sekarang pasangan baik pria dan wanita sering hanya mengharapkan yang indah-indah saja, ketika merasa menderita cepat mengambil keputusan bercerai. Padahal, pasangannya adalah pilihannya sendiri sebelum menikah. Jadi, menyesal dengan pilihan sah-sahsaja tetapi biarlah penyesalan itu dibuktikan dengan tanggungjawab bertahan hingga akhir nafas terakhir.
Seburuk apapun sifat pasangan suami atau istri suatu saat dimasa tua pasti berubah dan saling mengasihi dan membutuhkan. Penderitaan batin dalam pernikahan sudah terlebihdahulu nyata dialami orang tua kita. Terkusus, ibu kita yang menderita dan tertakan batin dalam pernikahan sebelum jaman moderen ini, tetapi mereka sukses bertahan hingga kematian yang memisahkan kedua orangtua kita.
Komentar
Posting Komentar